dongeng

aku sekali lagi menulis, tentang yang seharusnya lupa, aku membencinya, kala pikirku tak bisa ku kendalikan, walau aku tak bisa melacak jejak, dan tidak ingin karena membencinya, namun fikirku sejenak teringat dan terpaku olehmu, entah berapa roman yang terurai bak banjir, saat mulai mengetikkan satu huruf ke huruf lainnya, aku bahkan tak pikirkan diksi mana,…

aku akan terus mencintainya

“lepaskan ia, putuskan mata rantaimu dengannya! ia hanya simbol kebodohan” tidak akan pernah, karena ia kekasihku “apa kau bodoh?hidupmu mau makan apa?” tiada yang tau akan hidup, pula juga kau.. “jadilah orang normal! cintamu harus rasional!” cintaku padanya, tidak ia adalah aku.. “cih.. ia hanya segores tipis tak berharga.. takkan bisa kau bertahan hidup!” aku…